Daftar Blog Saya

Mencekal Grup Pornografi LINE yang beranggotakan Ratusan Pelajar

TabloidNusa - Tim Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat menangkap Saddam dan Zainul setelah beberapa pekan mengintai grup cabul di Line. Keduanya diduga menjadi pengelola grup percakapan Line berkonten pornografi.

Keduanya berkawan sejak bersekolah di sekolah menengah atas yang sama di Tangerang dan kuliah di kampus yang sama dan tinggal dalam satu rumah kontrakan di bilangan Tangerang Selatan. Keduanya sama-sama mengelola sejumlah grup percakapan Line, seperti Arconsix dan VIP Viper.


Dikutip Dari : Wartakota Tribunnews

Grup tersebut menawarkan penayangan siaran langsung perempuan sedang bermasturbasi dan bersanggama kepada para anggota grup. Pertunjukan berlangsung menjelang tengah malam setelah beberapa anggota grup mentransfer sejumlah pulsa kepada perempuan yang akan “on air” itu. Mereka menyebut perempuan itu sebagai talent. Mereka menyediakan VCS (video call sex), live streaming masturbasi, dan tayangan adegan hubungan intim.

Penyidik menjerat mereka dengan Pasal 45 ayat1juncto Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 perubahan atas Undang—Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan ancaman maksimal 6 tahun penjara dan denda Rp.1 miliar. Saddam menggunakan aplikasi Line karena merasa tak diawasi polisi.

Dari hasil pemeriksaan, polisi mengantongi informasi tiap grup berisi sekitar 300 anggota. Hampir setengah anggota grup diperkirakan masih bersekolah. Domisili para anggota tersebar dari berbagai provinsi, khususnya di Pulau Jawa.

Empat hari kemudian, penyidik menangkap tiga pengelola—kerap disebut admin—lain di Cempaka Putih, Jakarta Pusat; Ciputat, Tangerang Selatan; dan Kelapa Dua, Tangerang. Mereka adalah Ryan Maulana, Wanda Nugraha, dan Hadi Agus. Mereka semua berusia 23 tahun dan berasal dari SMA yang sama dengan Saddam dan Zainul. Saddam diduga merekrut mereka.


Wanda dan Hadi juga berstatus mahasiswa. Ryan bekerja di salah satu rumah makan di Jakarta. Kelima remaja ini berstatus admin di grup berbeda. Zainul menjadi admin di grup Arconsix dan VIP Viper. Saddam mengelola grup TK Manjyaaah, VIP Pasbut, dan VVIP Showtime. Wanda mengelola grup Blackhole, Hadi mengelola grup VIP Ngencrit, dan Ryan menjadi admin di grup Remaja Romantis.

Semua anggota grup itu mencapai 1.100 akun. Mereka mewajibkan para calon anggota menyetorkan foto kartu tanda penduduk. Dari database keanggotaan inilah polisi mengetahui separuh anggota itu adalah pelajar.

Penggunaan grup percakapan Line untuk menjual konten pornografi memiliki banyak keuntungan. Pertama dari segi kemudahan membuat grup dan memasukkan anggota ke grup. Anggota juga merasa privasi terjaga karena akun mereka tak memperlihatkan nomor telepon. Selain itu, video hasil live streaming di Line tidak tersimpan di memori telepon seluler sehingga anggota tidak menyimpan video lalu menyebarkannya lagi.

Proses perekrutan anggota grup berlangsung selektif. Mereka bergabung atas dasar rekomendasi anggota lain. Setiap orang dipungut biaya Rp 25-200 ribu per orang plus foto kartu identitas. Pungutan itu berbentuk pulsa yang disetorkan ke nomor telepon pengelola. Pulsa itu lalu dijual.

Kendati calon anggota harus mendapatkan rekomendasi, pengelola tak menetapkan peraturan ketat usia mereka. Promosi menjaring anggota baru disebar ke grup percakapan yang berisi anak muda. Itu sebabnya banyak murid sekolah yang tertarik menjadi anggota.

Biaya pendaftarannya tergolong murah. Tarif untuk menikmati siaran langsung pornografi juga murah, yaitu Rp 25-100 ribu per anggota. Admin tak bisa menyeleksi pelajar atau bukan karena bisa saja KTP palsu.

Pendapatan para pengelola pun bervariasi. Jika permintaan pertunjukan sedang sepi dan pertambahan anggota sedikit, mereka hanya mendapatkan Rp 500 ribu per bulan. Jika sedang ramai, pendapatan mereka meroket hingga Rp 3,5 juta per bulan.

Para admin berbagi penghasilan dengan sejumlah perempuan yang akan menyiarkan adegan masturbasi. Upah para talent itu Rp100-250 ribu per 30 menit. Nilai uang bergantung pada tingkat popularitas dan adegan yang dipertontonkan. Sesekali grup menampilkan adegan hubungan intim. Upah para pelakon bisa berlipat dari honor talent yang beradegan masturbasi tergantung kesepakatan dan jumlah peminat yang ingin menonton.

Jumlah perempuan yang menjadi talent grup lima sahabat ini sekitar 60 orang. Polisi mengungkap salah satunya berinisial NS, yang masih berusia 16 tahun. Ia duduk di kelas 11 salah satu SMA di Jakarta. NS digerebek saat merekam adegan cabul di salah satu apartemen di kawasan Cem- paka Putih, Jakarta Pusat. Polisi tak menahan NS.


Para anggota grup juga bisa mengajak para talent bertemu secara langsung buat berhubungan badan sesuai dengan tarif yang disepakati. NS menjadi talent karena kebutuhan ekonomi setelah perceraian kedua orang tuanya.

Manajemen Line Indonesia menyayangkan penyalahgunaan akun Line oleh para tersangka dan anggota grup percakapan pornografi. Akun-akun di Line dibuat untuk berkarya, bukan untuk menyebarkan pornografi dan konten negatif.

Line memiliki system yang dapat mendeteksi dan menyaring gambar atau teks yang bermuatan negatif. Namun peran anggota lebih penting karena bisa melaporkan grup yang memuat pornografi. Line terus memonitor dan menghapus akun-akun yang bermuatan pornografi setiap hari.

Zainul saat ini menyesal dan mengaku kapok mengelola grup pornografi. Saddam pun menyatakan penyesalan yang mendalam. Ia mengaku keluarganya turut menanggung malu akibat perbuatannya.

Sumber

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.